Sanggar Seni Pranawa Swaram Dalung Tampilkan 4 Garapan di Rekasedana Kesenian Tradisional

DENPASAR, iBaliNews.Com – Kabupaten Badung tampilkan Pagelaran (Rekasedana) Kesenian Tradisional yang diwakili Sanggar Seni Pranawa Swaram Banjar Kaja Desa Adat Dalung Kecamatan Kuta Utara, di Kalangan Angsoka Minggu, 06/07/2025.
Duta seni Kabupaten Badung bawakan garapan 4 garapan pagelaran yakni tabuh kawitan, Legong Pelayon, Tabug Cingkrem dan Legong Kuntul.
Koordinator Sanggar Seni Pranawa Swaram I Gede Eka Adi Saputra, S.Sn menerangkan bahwa kesenian tradisional yang diangkat dalam pagelaran kali ini yakni Legong.
“Legong disini ada 2 legong yang kita tampilkan yaitu Legong Pelayon dan Legong Kuntul dan ada 2 tabuh, gending nya yang pertama cingkrem dan kawitan” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan berkaitan dengan temanya kesenian tradisional maka diambil karya – karya seniman di Badung yakni bapak (alm) I Wayan Lotring.
Penampilan yang memukau ini dibuka dengan tabuh Gending Kawitan yang merupakan karya Maestro I Wayan Lotring. Gending Kawitan digarap sedemikian rupa, dengan keunikan tersendiri. Garapan gending Kawitan ini diawali dengan instrumen kemong, yang secara umum berfungsi memberikan tekanan atau aksen pada kalimat-kalimat gending gamelan semar pagulingan saih lima maupun saih pitu. Namun, dalam gending Kawitan, kemong ialah instrumen penting untuk memberikan aksen awalan (pengawit).
Dalam gending ini, Adi Saputra menyatakan ada perpaduan konsep kebyar yang bernuansa keras dan tegas. Garapan ini juga memberikan gambaran indahnya suasana gelombang ombak pantai kuta, yang ditransformasikan lewat unsur-unsur musikal karawitan Bali.
“Seperti pengolahan jalinan melodi, permainan tempo, ritme serta menyatukan unsur harmoni yang sangat penting untuk membentuk karakter dan suasana pada garapan Gending Kawitan,” ungkapnya.
Penampilan kedua, yakni Tari Legong Pelayon. Tarian ini mengisahkan seorang puteri raja yang bernama Ni Diah Rangkesari, sedang bermain dan bercengkrama dengan teman-teman sepermainannya. Tarian ini memiliki koreografi yang sangat indah dengan rangkaian gerak-gerak ritmis yang indah dan dinamis serta menonjolkan keragaman gerak serta keindahan gerak yang menyatu dengan iringan musik. “Legong Pelayon mempunyai ciri khas agem dan gerakan lemah gemulai mengikuti alunan melodi gamelan palegongan yang melankolis, syahdu, dan sendu,” terangnya.
Kemudian selanjutnya Tabuh Cingkrem, yang merupakan sebuah karya musik tradisional Bali yang mengangkat tema pertemuan sosial yang akrab dan penuh kehangatan. Dalam budaya Bali, cingkrem bukan hanya sekadar berkumpul, tetapi merupakan momen penting untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkokoh rasa kebersamaan di antara anggota masyarakat.
Melalui irama yang dinamis dan penuh semangat, tabuh ini menggambarkan kegembiraan saat warga berkumpul, saling bertukar cerita, berbagi pengalaman, serta mendukung satu sama lain dalam kebersamaan. Komposisi musik Cingkrem mengalir dengan nuansa hangat dan harmonis, mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan solidaritas yang mendalam.
Melalui keindahan melodi dan ritme yang memikat, Cingkrem mengajak pendengar untuk merasakan pentingnya menjaga hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menjadikan tabuh ini sebagai wujud penghormatan terhadap tradisi dan nilai-nilai budaya Bali yang kaya dan lestari.
Terakhir ada Tari Legong Kuntul, yang menggambarkan karakteristik keanggunan sekelompok burung bangau atau kokoan putih. Tarian ini menunjukkan burung bangau yang melakukan kebiasaan sehari-hari dalam bercengkrama, mencari makan dan terbang dengan formasi yang bgitu indah.
“Yang saat ini pentas adalah anak-anak dengan tujuan mencari bibit-bibit baru untuk menghidupkan seni tradisi Bali. Ada 25 penabuh anak-anak dan enam penari,” paparnya.
Sementara salah satu penabuh, I Made Kenzo Astarama Putra mengaku, mempersiapkan diri selama empat bulan untun tampil di PKB. Selama waktu tersebut siswa kelas 5 SD ini belajar cara menyelaraskan tabuh dan tari, serta tentunya agar permainan dalam Kesenian Kreasi ini dapat dinikmati dengan baik. Dirinya pun merasa bangga dapat tampil di PKB ke-47, utamanya sebagai langkah pelestarian budaya. “Kalau bukan kita (generasi muda) yang melestarikan budaya, siapa lagi,” Pungkasnya. DEL